Jumat, 22 Mei 2015

PENDEKATAN STRUKTURAL DALAM ANALISIS PUISI “PENERIMAAN” KARYA CHAIRIL ANWAR



BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar belakang
Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang penyajiannya sangat mengutamakan keindahan bahasa dan kepadatan makna. Dengan puisi seorang penyair dapat mengungkapkan ekspresi perasaannya. Keindahan bahasa dan kepadatan makna yang dimiliki puisi terkadang membuat pembaca atau penikmat puisi mengalami kesulitan dalam memahami dan menangkap makna yang terkandung dalam puisi tersebut. Untuk dapat memahami dan menangkap makna di dalam puisi, pembaca harus memiliki kepekaan batin dan daya kritis terhadap puisi tersebut.
Oleh karena itu, untuk memahami dan menangkap makna puisi pembaca perlu melakukan kajian atau analisis terhadap puisi tersebut. Dalam pengkajian puisi ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan, salah satunya dengan menggunakan pendekatan struktural. Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum Formalis Rusia dan Strukturalisme Praha. Sebuah karya sastra, puisi, menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur (pembangun)-nya. Di satu pihak, struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah (Abrams, 1981:68 dalam Nurgiyantoro, 2007:36). Di pihak lain, struktur karya sastra juga menyaran pada pengertian hubungan antar unsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh (Nurgiyantoro,2007:36).
Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini puisi, dapat dilakukan dengan Dengan Mengurai Unsur Internal (Diksi, Imaji, Kata Kongret, Bahasa Piguratif) dan Eksternal Dalam Puisi (Tema, Rasa, Nada, Amanat). Dalam bab pembahasan makalah ini akan membahas tentang analisis struktural puisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar.

B.           Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini masalah yang dibahas yaitu:.
1.            Bagaimana analisis struktural puisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar?

C.           Tujuan
Dalam penulisan makalah ini bertujuan untuk:.
1.            Mengkaji puisi yang berrjudul “Penerimaan” karya Chairil Anwar dengan  pendekatan struktural.


BAB II
LANDASAN TEORI
Pengertian Teori Struktural
Strukturalisme berasal dari linguistik Ferdinan yang merupakan suatau cara berfikir tentang dunia yang secara khusus memperhatikan presepsi dan deskripsi tentang struktur, mengkaji fenomena mitos dan ritual untuk melihat tanda. Yang menjadi objek kajian teori strukturalisme adalah sastra, yaitu seperangkat konvensi yang abstrak dan umum yang mengatur berbagai hubungan unsur dalam teks sastra sehingga unsur- unsur tersebut berkaitan satu sama lain dalam keseluruhan yang utuh. Meskipun konvensi yang membentuk sistem sastra itu bersifat sosial dan ada dalam kesadaran masyarakat tertentu. Analisis yang seksama dan menyeluruh terhadap relasi-relasi berbagai unsur yang membangun teks sastra dianggap akan menghasilkan suatu pengetahuan tentang sistem sastra.

Teori Strukturalisme Sebagai Landasan Berfikir Dalam Penulisan Puisi 
             Pendekatan struktural berangkat dari pandangan kaum strukturalisme yang menganggap karya sastra sebagai struktur yang unsurnya terjalin secara erat dan berhubungan antara satu dan lainnya. Karya sastra merupakan sebuah kesatuan yang utuh. Sebagai kesatuan yang utuh, maka karya sastra dapat dipahami maknanya jika dipahami bagian-bagiannya atau unsur-unsur pembentuknya, relasi timbal balik antara bagian dan keseluruhannya. Dalam penulisan puisi dengan menggunakan teori strukturalisme maka kita harus memperhatikan unsur-unsur puisi, karena kajian teori strukturalisme adalah unsur-unsur pembentuk karya satra, dan pada kesempatan ini karya sastra yang di kaji adalah puisi.
Penulisan puisi dengan berlandasan teori strukturalisme berarti dalam penulisan puisi memperhatikan unsur-unsur pembentuk puisi baik unsur instrinsik maupun unsur ekstrinsik puisi. Unsur ekstrinsik puisi yaitu tema, perasaan, nada dan suasana, serta amanat, sedangkan unsur intrinsik puisi yaitu diksi, kata konkret, bahasa figuratif, rima/ritme, dan tata wajah atau tipografi. Cara menuliskan puisi dengan berlandasan teori struktural yang pertama yaitu memahami unsur intrinsik puisi sebagai berikut:
1.    Diksi (pemilihan kata)
              Teori strukturalisme menganalisis diksi sebagai unsur intrinsik puisi, diksi adalah pemilihan kata, jadi kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang cermat, merupakan hasil pertimbangan, baik makna, susunan bunyinya maupun hubungan kata-kata lain dalam baris dan baitnya. Misalnya seperti pemilihan kata yang meyatakan diri pengarang, pengarang mengumpulkan kata-kata yang memiliki makna dirinya sendiri diantaranya kata aku (bahasa Indonesia), beta(bahasa Batak), den(bahasa Melayu/minang), gue (bagasa anak gaul), aana(bahasa Arab),  (bahasa Inggris), kulo (bahasa Jawa), dan sebagainya. pemilihan kata aku untuk menyebut dirinya sendiri merupakan proses pemilihan kata atau diksi. Pengarang memilih kata aku untuk menyebut dirinya sendiri karena kata aku adalah menggunakan bahasa indonesia dan pasti maknanya telah diketahui oleh rakyat indonesia, karena bahasa indonesia adalah bahasa kesatuan.
2.        Pengimajinasian
                             Teori strukturalisme menganalisis pengimajinasian sebagai unsur intrinsik puisi dimana pengimajinasian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan hayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut pembaca seolah-olah merasa, mendengar atau melihat sesuatu yang diungkapkan pengarang.
itu dan keadaan hati kelana yang tengah bersedih.
3.         Kata konkret
              Teori strukturalisme menganalisis kata konkret sebagai unsur intrinsik puisi. Kata konkret digunakan untuk membangkitkan imajinasi pembaca, atau kata-kata harus di konkretkan atau diperjelas. Karena dengan keahlian memperkonkret kata, pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan oleh pengarang.
4.         Bahasa figuratif
           Teori strukturan menganalisis bahasa figuratif sebagai unsur intrinsik puisi. Bahasa figuratif disebut juga majas, majas adalah bahasa yang digunakan oleh pengarang untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkanya dengan benda atau kata lain. Majas mngiaskan atau menyamakan sesuatu dengan hal lain.
5.    Rima/ritme
       Teori struktural menganalisis rima/ritme sebagai unsur intrinsic puisi. rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan adanya rima, suatu puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkanya pun lebih kuat, seperti petikan sajak berikut ini dan angin mendesah/ mengeluh mendesah. Sedangkan istilah ritma diartikan sebagai pengulangan kata, frase atau kalimat dalam bait puisi.
6.    Tata wajah (tipografi)
        Teori struktural menganalisis tipografi sebagai unsur intrinsik puisi. tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf melainkan bait.
Cara menulis puisi dengan berlandasan teori strukturalisme yang kedua yaitu memahami unsur ekstrinsik puisi, adalah sebagai berikut:
1.      Tema
              Teori strukturalisme menganalisis tema sebagai unsur ekstrinsik puisi. tema puisi merupakan gagasan utama pengarang dalam puisinya. Gagasan pengarang cenderung tidak selalu sama dan besar kemungkinan untuk berbeda-beda. Oleh sebab itu, tema puisi yang digunakanya pun berlainan, Waluyo (1987) menyatakan bahwa ”tema puisi diklasifikasikan menjadi lima kelompok mengikuti isi pancasila, yaitu tema ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme/kebangsaan, kedaulatan rakyat dan keadilan sosial”.
a.       Tema ketuhanan
Tema ketuhanan adalah menggambarkab pengalaman batin, keyakinan, sikap pengarang terhadap tuhan.
b.      Tema kemanusiaan
Puisi dengan tema kemanusiaan mengungkapkan tingginya martabat manusia dan bermaksud meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama.
c.       Tema patriotisme
Puisi dengan tema patriotisme/kebangsaan adalah melukiskan perjuangan merebut kemerdekaan atau mengisahkan riwayat pahlawan yang berjuang melawan penjajah.
d.      Tema kedaulatan rakyat
Puisi dengan tema kedaulatan rakyat biasanya mengungkapkan penindasan dan kesewenag-wenangan terhadap rakyat.
e.       Tema keadilan sosial
Puisi bertema keadilan sosial lebih menyuarakan penderitaan, kemiskinan, atau  kesenjangan sosial.
2.      Perasaan
              Teori strukturalisme menganalisis perasaan sebagai unsur ekstrinsik puisi. perasaan merupakan unsur ekstrinsik puisi yang paling mewakili perasaan pengarang, ekspresi dapat berupa kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan kekasih, alam, atau sang Khalik.
3.      Nada dan suasana
              Teori strukturalisme menganalisis nada dan suasana sebagai unsur ekstrinsik puisi. dalam menulis puisi, pengarang mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, antara lain menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap pengarang terhadap pembaca di sebut nada puisi sedangkan suasana adalah akibat yang ditimbulkan oleh puisi terhadap jiwa pembaca.
4.      Amanat
              Teori struktural menganalisis amanat sebagai unsur ekstrinsik puisi. Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang melalui penulisan puisi. amanat yang hendak disampaikan oleh pengarang dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi. tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong pengarang untuk menciptakan puisi. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun dan tema yang diungkapkan.


BAB III
PEMBAHASAN
Analisis struktural puisi adalah analisis puisi ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya bahwa setiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur.
Analisis struktural meliputi, struktur fisik dan struktur batin puisi. Struktur fisik (surface structure)  terdiri dari perwajahan puisi (tipografi), diksi, imaji, kata konkret, gaya bahasa, rima dan irama. Sedangkan struktur batin (deep structure) terdiri dari tema (sense), rasa (feeling), nada (tone), dan amanat (intention).

PENERIMAAN
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

Maret 1943

1.            Strukturfisik (surface structure)
a)    Perwajahan puisi (tipografi)
             Tipografi merupakan bentuk fisik atau penyusunan baris-baris dalam puisi.
Peranan tipografi dalam puisi adalah untuk menampilkan aspek artistik visual dan untuk menciptakan nuansa makna tertentu. Selain itu, tipografi juga berperan untuk menunjukan adanya loncatan gagasan serta memperjelas adanya satuan-satuan makna tertentu yang ingin dikemukakan penyair.
Puisi Penerimaan karya Chairil Anwar memiliki tipografi yang semi konsisten. Puisi ini terdiri dari enam bait yang beberapa baitnya memiliki kesamaan dalam jumlah baris. Jumlah baris untuk tiap bait pada puisi ini berpola 2-1-2-1. Yaitu dua baris untuk bait ganjil dan satu baris untuk bait genap.
Chairil Anwar pun menulis puisi ini dengan konsisten. Yaitu dengan menempatkan huruf kapital pada setiap baris dalam puisi ini. Namun bila ditikik secara seksama, maka kita akan menemukan keganjilan dari keputusan menempatkan huruf kapital untuk setiap baris ini. keganjilan ini terutama terdapat pada baris kedua bait-bait ganjil. Menurut hemat penulis, makna dari baris tersebut adalah penjelas bagi baris sebelumnya hingga mestinya huruf kapital tidak diberlakukan. Sepertinya ada makna tersirat dari keputusan Chairil dalam menulis huruf kapaital di sana. Atau mungkin juga sekedar menjaga konsistenitas penulisan saja.

b)   Diksi
              Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
Dalam puisi Penerimaan ini, Chairil seperti biasa memilih kata-kata yang sederhana namun indah dan sarat makna. Pemilihan kata yang Chairil lakukan membuat pembaca sajak ini merasakan dengan jelas suasana hati Chairil dan membuat puisi ini lebih bernyawa.
c)    Imaji
              Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
Dalam puisi ini Chairil Anwar tidak memunculkan teknik imaji yang dominan. Hanya saja dengan kelebihannya, Chairil Anwar masih saja mampu membut pembaca merasakan apa yang ia rasakan. Satu baris yang mungkin masih bisa digolongkan pada pengimajian adalah “Bak kembang sari sudah terbagi”. Baris ini mengajak kita membayangkan situasi kembang sari yang telah terbagi.

d)   Kata konkret
              Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
Dalam setiap penulisan puisinya, Chairil Anwar selalu memunculkan kata konkret sebagai ciri khasnya. Begitu pula halnya dengan puisi Penerimaan ini. Kata konkret pada puisi ini terwujud dalam baris “Bak kembang sari sudah terbagi” dan “Sedang dengan cermin aku enggan berbagi”.
Kembang selalu identik dengan seorang perempuan, namun bukan Chairil Anwar namanya bila ia tidak menjadikan karyanya berbeda. Maka ia pun menulis kembang sari. Entah apa maksud pemilihan sari, mungkin karena sari yang ada pada serbuk sari itu mudah sekali terbagi.
Sedangkan cermin adalah sebuah alat pantul yang merefleksikan diri kita yang nyata. Dalam baris “sedang dengan cermin aku enggan berbagi”, Chairil menegaskan bahwa dirinya tak mau diduakan bahkan dengan bayangannya sekalipun.


e)    Gaya bahasa
Gaya bahasa, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Gaya bahasa disebut juga majas. Adapun macam-macam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
Chairil dalam puisi penerimaan ini mengunakan gaya bahasa simile yang terwujud pada baris kedua pada bait ketiga “Bak kembang sari sudah terbagi”.

f)    Rima dan irama
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Sedangkan irama adalah lagu kalimat yang digunakan penyair dalam mengapresiasikan puisinya.
Puisi ini memiliki rima yang konsisten karena seluruh baris pada puisi ini berakhiran huruf i dari awal hingga akhir. Sedangkan irama yang digunakan menggunakan irama yang menunjukkan keteguhan hati penyair dalam mempertahankan prinsipnya meski ia telah memberi kesempatan. Irama yang dihasilkan terkesan biasa saja karena susuanan kata pada tiap barisnya sendiri tersusun dari kata-kata yang sederhana.

2.    Struktur batin (deep structure)
a)    Tema (sense)
             Media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan. Dalam puisi ini Chairil mengangkat tema percintaan. Yaitu tentang seorang lelaki yang masih memberi harapan pada perempuan yang dulu pernah memiliki hubungan khusus dengannya. Ini tergambar dari bait pertama dan kedua.
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Sang lelaki menyadari bahwa perempuan yang masih ia beri kesempatan kembali itu sudah tak sendiri. Maka ia ingin perempuan itu memutuskan keputusan dengan tegas. Ini tergambar pada lanjutan syairnya sebagai berikut:
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

b)   Rasa (feeling)
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Dalam hal ini penyair merasakan semangat pengharapan dengan sedikit kecemasan bahwa sang mantan kekasih akan berpikir dan menimbang penawarannya dengan matang hingga ia akan kembali padanya.

c)    Nada (tone)
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
Pada puisi Penerimaan ini, Chairil Anwar menuangkan perasaan harap-harap cemas dan ketegasan. Pengharapan yang ia rasakan dikarenakan pada dasarnya ia masih mencintai perempuan yang dimaksud. Logikanya adalah mana mungkin ia memberikan kesempatan pada perempuan tersebut untuk kembali bila ia tidak mencintainya! Kemudian ketegasan adalah supaya perempuan tersebut memilih dengan tegas untuk kembali padanya atau terus bersama yang lain.

d)   Amanat (intention)
Pesan yang ingin disampaikan oleh Chairil Anwar secara khusus tentu ditujukan kepada sang perempuan. Yaitu agar ia mempertimbangkan penawaran Chairil dan memutuskan dengan tegas keputusan yang akan ia ambil. Dan secara umum, Chairil ingin mengabarkan pada seluruh pembaca, bahwa sosok Chairil adalah sosok yang benci pada hal yang setengah-setengah.  Chairil ingin mengabarkan pada setiap pembaca sajaknya bahwa dirinya adalah sosok yang tegas dan menyukai ketegasan.




















KESIMPULAN
pada puisi Chairil Anwar yang berjudul “Penerimaan” dapat disimpulkan bahwa, puisi ini mengandung unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yaitu yang mengurai unsur internal berupa (Diksi, Imaji, Kata Kongret, Bahasa Piguratif) dan unsur Eksternal yang berupa (Tema, Rasa, Nada, Amanat), yang sangat kuat sehingga cocok dikaji dengan pendekatan struktural.




DAFTAR PUSTAKA
Herwan, FR. 2005. Apresiasi dan kajian puisi. Serang: Gerage Budaya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.










                                                                                          


5 komentar:

  1. Daftar Agen Judi Poker, Adukiu, QQ, BandarQ Online Terpercaya Di Indonesia Sekarang Juga...
    Tingkat kemenangan 80% Ayo Buruan Tunggu Apa Lagi Daftarkan Diri anda sekarang juga...
    CentralQQ
    CentralQQ
    CentralQQ
    CentralQQ
    CentralQQ
    CentralQQ

    BalasHapus
  2. maaf, kalau tidak salah teori struktural itu fokus terhadap unsur intrinsik dan mengesampingkan unsur ekstrinsik. nah dalam unsur intrinsik itu terdapat unsur fisik dan unsur batin. mohon diluruskan jika salah

    BalasHapus
  3. Saya setuju dgn Ieduddien. Strukturalisme adalah salah satu teori sastra yg digunakan utk mengetahui suatu pola/sistem dengan berfokus hanya pada unsur intrinsik yg ada di dalam karya sastra tsb. Tema dan nada termasuk unsur intrinsik (bukan ekstrinsik). Contohnya, ketika menganalisis beberapa puisi karya Khairil Anwar di tahun 1940an di jaman pra-kemerdekaan Aku, Prajurit Jaga Malam, Kerawang-Bekasi, Maju, Diponegoro, Persetujuan dengan Bung Karno), dengan teori Strukturalisme kita bisa menemukan pola kesamaan tema dalam puisi-puisi beliau bahwa tema yg diangkat dalam puisi-puisi tsb adalah tentang perjuangan utk mencapai kemerdekaan.

    BalasHapus