BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang
penyajiannya sangat mengutamakan keindahan bahasa dan kepadatan makna. Dengan
puisi seorang penyair dapat mengungkapkan ekspresi perasaannya. Keindahan
bahasa dan kepadatan makna yang dimiliki puisi terkadang membuat pembaca atau
penikmat puisi mengalami kesulitan dalam memahami dan menangkap makna yang
terkandung dalam puisi tersebut. Untuk dapat memahami dan menangkap makna di
dalam puisi, pembaca harus memiliki kepekaan batin dan daya kritis terhadap puisi
tersebut.
Oleh karena itu, untuk memahami dan menangkap makna puisi
pembaca perlu melakukan kajian atau analisis terhadap puisi tersebut. Dalam
pengkajian puisi ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan, salah satunya
dengan menggunakan pendekatan struktural. Pendekatan struktural dipelopori oleh
kaum Formalis Rusia dan Strukturalisme Praha. Sebuah karya sastra, puisi,
menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara
koherensif oleh berbagai unsur (pembangun)-nya. Di satu pihak, struktur karya
sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan
bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang
indah (Abrams, 1981:68 dalam Nurgiyantoro, 2007:36). Di pihak lain, struktur
karya sastra juga menyaran pada pengertian hubungan antar unsur (intrinsik)
yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara
bersama membentuk satu kesatuan yang utuh (Nurgiyantoro,2007:36).
Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini puisi,
dapat dilakukan dengan Dengan Mengurai Unsur Internal (Diksi, Imaji,
Kata Kongret, Bahasa Piguratif) dan Eksternal Dalam Puisi (Tema, Rasa, Nada,
Amanat). Dalam bab
pembahasan makalah ini akan membahas tentang analisis struktural puisi “Penerimaan”
karya Chairil Anwar.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam
penulisan makalah ini masalah yang dibahas yaitu:.
1.
Bagaimana
analisis struktural puisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar?
C.
Tujuan
Dalam
penulisan makalah ini bertujuan untuk:.
1.
Mengkaji
puisi yang berrjudul “Penerimaan” karya Chairil Anwar dengan pendekatan struktural.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Pengertian
Teori Struktural
Strukturalisme
berasal dari linguistik Ferdinan yang merupakan suatau cara berfikir tentang
dunia yang secara khusus memperhatikan presepsi dan deskripsi tentang struktur,
mengkaji fenomena mitos dan ritual untuk melihat tanda. Yang menjadi objek
kajian teori strukturalisme adalah sastra, yaitu seperangkat konvensi yang
abstrak dan umum yang mengatur berbagai hubungan unsur dalam teks sastra
sehingga unsur- unsur tersebut berkaitan satu sama lain dalam keseluruhan yang
utuh. Meskipun konvensi yang membentuk sistem sastra itu bersifat sosial dan
ada dalam kesadaran masyarakat tertentu. Analisis yang seksama dan menyeluruh
terhadap relasi-relasi berbagai unsur yang membangun teks sastra dianggap akan
menghasilkan suatu pengetahuan tentang sistem sastra.
Teori
Strukturalisme Sebagai Landasan Berfikir Dalam Penulisan Puisi
Pendekatan struktural berangkat
dari pandangan kaum strukturalisme yang menganggap karya sastra sebagai
struktur yang unsurnya terjalin secara erat dan berhubungan antara satu dan
lainnya. Karya sastra merupakan sebuah kesatuan yang utuh. Sebagai kesatuan
yang utuh, maka karya sastra dapat dipahami maknanya jika dipahami
bagian-bagiannya atau unsur-unsur pembentuknya, relasi timbal balik antara
bagian dan keseluruhannya. Dalam penulisan puisi dengan menggunakan teori
strukturalisme maka kita harus memperhatikan unsur-unsur puisi, karena kajian
teori strukturalisme adalah unsur-unsur pembentuk karya satra, dan pada
kesempatan ini karya sastra yang di kaji adalah puisi.
Penulisan
puisi dengan berlandasan teori strukturalisme berarti dalam penulisan puisi
memperhatikan unsur-unsur pembentuk puisi baik unsur instrinsik maupun unsur
ekstrinsik puisi. Unsur ekstrinsik puisi yaitu tema, perasaan, nada dan
suasana, serta amanat, sedangkan unsur intrinsik puisi yaitu diksi, kata
konkret, bahasa figuratif, rima/ritme, dan tata wajah atau tipografi. Cara
menuliskan puisi dengan berlandasan teori struktural yang pertama yaitu
memahami unsur intrinsik puisi sebagai berikut:
1.
Diksi (pemilihan kata)
Teori
strukturalisme menganalisis diksi sebagai unsur intrinsik puisi, diksi adalah
pemilihan kata, jadi kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil
pemilihan yang cermat, merupakan hasil pertimbangan, baik makna, susunan
bunyinya maupun hubungan kata-kata lain dalam baris dan baitnya. Misalnya
seperti pemilihan kata yang meyatakan diri pengarang, pengarang mengumpulkan
kata-kata yang memiliki makna dirinya sendiri diantaranya kata aku (bahasa Indonesia),
beta(bahasa Batak), den(bahasa Melayu/minang), gue (bagasa anak gaul),
aana(bahasa Arab), (bahasa Inggris),
kulo (bahasa Jawa), dan sebagainya. pemilihan kata aku untuk menyebut dirinya
sendiri merupakan proses pemilihan kata atau diksi. Pengarang memilih kata aku untuk menyebut dirinya sendiri
karena kata aku adalah menggunakan bahasa indonesia dan pasti maknanya telah
diketahui oleh rakyat indonesia, karena bahasa indonesia adalah bahasa
kesatuan.
2.
Pengimajinasian
Teori
strukturalisme menganalisis pengimajinasian sebagai unsur intrinsik puisi
dimana pengimajinasian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang
dapat menimbulkan hayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut
pembaca seolah-olah merasa, mendengar atau melihat sesuatu yang diungkapkan
pengarang.
itu
dan keadaan hati kelana yang tengah bersedih.
3.
Kata konkret
Teori strukturalisme menganalisis
kata konkret sebagai unsur intrinsik puisi. Kata konkret digunakan untuk
membangkitkan imajinasi pembaca, atau kata-kata harus di konkretkan atau
diperjelas. Karena dengan keahlian memperkonkret kata, pembaca seolah-olah
melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan oleh pengarang.
4.
Bahasa figuratif
Teori strukturan menganalisis bahasa
figuratif sebagai unsur intrinsik puisi. Bahasa figuratif disebut juga majas,
majas adalah bahasa yang digunakan oleh pengarang untuk mengatakan sesuatu
dengan cara membandingkanya dengan benda atau kata lain. Majas mngiaskan atau
menyamakan sesuatu dengan hal lain.
5.
Rima/ritme
Teori struktural menganalisis rima/ritme
sebagai unsur intrinsic puisi. rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi.
Dengan adanya rima, suatu puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkanya pun
lebih kuat, seperti petikan sajak berikut ini dan angin mendesah/ mengeluh mendesah. Sedangkan istilah ritma
diartikan sebagai pengulangan kata, frase atau kalimat dalam bait puisi.
6.
Tata wajah (tipografi)
Teori struktural menganalisis tipografi
sebagai unsur intrinsik puisi. tipografi merupakan pembeda yang penting antara
puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf
melainkan bait.
Cara
menulis puisi dengan berlandasan teori strukturalisme yang kedua yaitu memahami
unsur ekstrinsik puisi, adalah sebagai berikut:
1.
Tema
Teori strukturalisme menganalisis
tema sebagai unsur ekstrinsik puisi. tema puisi merupakan gagasan utama
pengarang dalam puisinya. Gagasan pengarang cenderung tidak selalu sama dan
besar kemungkinan untuk berbeda-beda. Oleh sebab itu, tema puisi yang
digunakanya pun berlainan, Waluyo (1987) menyatakan bahwa ”tema puisi
diklasifikasikan menjadi lima kelompok mengikuti isi pancasila, yaitu tema
ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme/kebangsaan, kedaulatan rakyat dan keadilan
sosial”.
a.
Tema ketuhanan
Tema
ketuhanan adalah menggambarkab pengalaman batin, keyakinan, sikap pengarang
terhadap tuhan.
b.
Tema kemanusiaan
Puisi
dengan tema kemanusiaan mengungkapkan tingginya martabat manusia dan bermaksud
meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama.
c.
Tema patriotisme
Puisi
dengan tema patriotisme/kebangsaan adalah melukiskan perjuangan merebut
kemerdekaan atau mengisahkan riwayat pahlawan yang berjuang melawan penjajah.
d.
Tema kedaulatan rakyat
Puisi
dengan tema kedaulatan rakyat biasanya mengungkapkan penindasan dan
kesewenag-wenangan terhadap rakyat.
e.
Tema keadilan sosial
Puisi
bertema keadilan sosial lebih menyuarakan penderitaan, kemiskinan, atau kesenjangan sosial.
2.
Perasaan
Teori strukturalisme menganalisis
perasaan sebagai unsur ekstrinsik puisi. perasaan merupakan unsur ekstrinsik puisi
yang paling mewakili perasaan pengarang, ekspresi dapat berupa kerinduan,
kegelisahan, atau pengagungan kekasih, alam, atau sang Khalik.
3. Nada dan suasana
Teori strukturalisme menganalisis
nada dan suasana sebagai unsur ekstrinsik puisi. dalam menulis puisi, pengarang
mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, antara lain menggurui, menasehati,
mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada
pembaca. Sikap pengarang terhadap pembaca di sebut nada puisi sedangkan suasana
adalah akibat yang ditimbulkan oleh puisi terhadap jiwa pembaca.
4.
Amanat
Teori struktural menganalisis
amanat sebagai unsur ekstrinsik puisi. Amanat adalah pesan yang disampaikan
pengarang melalui penulisan puisi. amanat yang hendak disampaikan oleh
pengarang dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi.
tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong pengarang untuk menciptakan puisi.
Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun dan tema yang diungkapkan.
BAB
III
PEMBAHASAN
Analisis struktural puisi adalah analisis puisi ke dalam
unsur-unsurnya dan fungsinya bahwa setiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam
kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam
struktur.
Analisis struktural meliputi, struktur fisik dan struktur
batin puisi. Struktur fisik (surface structure) terdiri dari
perwajahan puisi (tipografi), diksi, imaji, kata konkret, gaya bahasa,
rima dan irama. Sedangkan struktur batin (deep structure) terdiri dari
tema (sense), rasa (feeling), nada (tone), dan amanat (intention).
PENERIMAAN
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan
berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan
berbagi.
Maret 1943
1.
Strukturfisik (surface structure)
a) Perwajahan puisi (tipografi)
Tipografi merupakan bentuk fisik atau
penyusunan baris-baris dalam puisi.
Peranan tipografi dalam puisi adalah untuk menampilkan aspek artistik visual dan untuk menciptakan nuansa makna tertentu. Selain itu, tipografi juga berperan untuk menunjukan adanya loncatan gagasan serta memperjelas adanya satuan-satuan makna tertentu yang ingin dikemukakan penyair.
Peranan tipografi dalam puisi adalah untuk menampilkan aspek artistik visual dan untuk menciptakan nuansa makna tertentu. Selain itu, tipografi juga berperan untuk menunjukan adanya loncatan gagasan serta memperjelas adanya satuan-satuan makna tertentu yang ingin dikemukakan penyair.
Puisi Penerimaan karya Chairil Anwar memiliki
tipografi yang semi konsisten. Puisi ini terdiri dari enam bait yang beberapa
baitnya memiliki kesamaan dalam jumlah baris. Jumlah baris untuk tiap bait pada
puisi ini berpola 2-1-2-1. Yaitu dua baris untuk bait ganjil dan satu baris
untuk bait genap.
Chairil Anwar pun menulis puisi ini dengan
konsisten. Yaitu dengan menempatkan huruf kapital pada setiap baris dalam puisi
ini. Namun bila ditikik secara seksama, maka kita akan menemukan keganjilan
dari keputusan menempatkan huruf kapital untuk setiap baris ini. keganjilan ini
terutama terdapat pada baris kedua bait-bait ganjil. Menurut hemat penulis,
makna dari baris tersebut adalah penjelas bagi baris sebelumnya hingga mestinya
huruf kapital tidak diberlakukan. Sepertinya ada makna tersirat dari keputusan
Chairil dalam menulis huruf kapaital di sana. Atau mungkin juga sekedar menjaga
konsistenitas penulisan saja.
b) Diksi
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.
Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat
mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.
Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi,
dan urutan kata.
Dalam puisi Penerimaan ini, Chairil seperti biasa memilih
kata-kata yang sederhana namun indah dan sarat makna. Pemilihan kata yang
Chairil lakukan membuat pembaca
sajak ini merasakan dengan jelas suasana hati Chairil dan membuat puisi ini
lebih bernyawa.
c) Imaji
Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan
imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca
seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
Dalam puisi ini Chairil Anwar tidak memunculkan teknik
imaji yang dominan. Hanya saja dengan kelebihannya, Chairil Anwar masih saja
mampu membut pembaca merasakan apa yang ia rasakan. Satu baris yang mungkin
masih bisa digolongkan pada pengimajian adalah “Bak kembang sari sudah
terbagi”. Baris ini mengajak kita membayangkan situasi kembang sari yang telah
terbagi.
d) Kata konkret
Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan
munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal
kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll.,
sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat
hidup, bumi, kehidupan, dll.
Dalam setiap penulisan puisinya, Chairil Anwar selalu
memunculkan kata konkret sebagai ciri khasnya. Begitu pula halnya dengan puisi
Penerimaan ini. Kata konkret pada puisi ini terwujud dalam baris “Bak kembang sari sudah terbagi” dan “Sedang
dengan cermin aku enggan berbagi”.
Kembang selalu identik dengan seorang perempuan, namun
bukan Chairil Anwar namanya bila ia tidak menjadikan karyanya berbeda. Maka ia
pun menulis kembang sari. Entah apa maksud pemilihan sari, mungkin karena sari
yang ada pada serbuk sari itu mudah sekali terbagi.
Sedangkan cermin adalah sebuah alat pantul yang
merefleksikan diri kita yang nyata. Dalam baris “sedang dengan cermin aku
enggan berbagi”, Chairil menegaskan bahwa dirinya tak mau diduakan bahkan
dengan bayangannya sekalipun.
e) Gaya bahasa
Gaya bahasa, yaitu bahasa berkias yang dapat
menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito,
1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya
memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Gaya bahasa
disebut juga majas. Adapun macam-macam majas antara lain metafora, simile,
personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora,
pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto,
totem pro parte, hingga paradoks.
Chairil dalam puisi penerimaan ini mengunakan gaya bahasa
simile yang terwujud pada baris kedua pada bait ketiga “Bak kembang sari sudah
terbagi”.
f) Rima dan irama
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal,
tengah, dan akhir baris puisi. Sedangkan irama adalah lagu kalimat yang
digunakan penyair dalam mengapresiasikan puisinya.
Puisi ini memiliki rima yang konsisten karena seluruh
baris pada puisi ini berakhiran huruf i dari awal hingga akhir. Sedangkan irama
yang digunakan menggunakan irama yang menunjukkan keteguhan hati penyair dalam
mempertahankan prinsipnya meski ia telah memberi kesempatan. Irama yang
dihasilkan terkesan biasa saja karena susuanan kata pada tiap barisnya sendiri
tersusun dari kata-kata yang sederhana.
2. Struktur batin (deep structure)
a) Tema (sense)
Media
puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka
puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna
keseluruhan. Dalam puisi ini Chairil mengangkat tema percintaan. Yaitu tentang
seorang lelaki yang masih memberi harapan pada perempuan yang dulu pernah memiliki
hubungan khusus dengannya. Ini tergambar dari bait pertama dan kedua.
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Dengan sepenuh hati
Aku
masih tetap sendiri
Sang lelaki menyadari bahwa perempuan yang masih ia beri
kesempatan kembali itu sudah tak sendiri. Maka ia ingin perempuan itu
memutuskan keputusan dengan tegas. Ini tergambar pada lanjutan syairnya sebagai
berikut:
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan
berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Untukku sendiri tapi
Sedang
dengan cermin aku enggan berbagi.
b) Rasa (feeling)
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok
permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Dalam hal ini penyair merasakan
semangat pengharapan dengan sedikit kecemasan bahwa sang mantan kekasih akan
berpikir dan menimbang penawarannya dengan matang hingga ia akan kembali
padanya.
c) Nada (tone)
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap
pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat
menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca
untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca,
dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
Pada puisi Penerimaan ini, Chairil Anwar menuangkan perasaan
harap-harap cemas dan ketegasan. Pengharapan yang ia rasakan dikarenakan pada
dasarnya ia masih mencintai perempuan yang dimaksud. Logikanya adalah mana
mungkin ia memberikan kesempatan pada perempuan tersebut untuk kembali bila ia
tidak mencintainya! Kemudian ketegasan adalah supaya perempuan tersebut memilih
dengan tegas untuk kembali padanya atau terus bersama yang lain.
d) Amanat (intention)
Pesan yang ingin disampaikan oleh Chairil Anwar secara
khusus tentu ditujukan kepada sang perempuan. Yaitu agar ia mempertimbangkan
penawaran Chairil dan memutuskan dengan tegas keputusan yang akan ia ambil. Dan
secara umum, Chairil ingin mengabarkan pada seluruh pembaca, bahwa sosok
Chairil adalah sosok yang benci pada hal yang setengah-setengah. Chairil ingin mengabarkan pada setiap pembaca
sajaknya bahwa dirinya adalah sosok yang tegas dan menyukai ketegasan.
KESIMPULAN
pada
puisi Chairil Anwar yang berjudul “Penerimaan” dapat disimpulkan bahwa,
puisi ini mengandung unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yaitu yang mengurai
unsur internal berupa (Diksi, Imaji, Kata Kongret, Bahasa
Piguratif) dan unsur Eksternal yang berupa (Tema, Rasa, Nada, Amanat), yang
sangat kuat sehingga cocok dikaji dengan pendekatan struktural.
DAFTAR PUSTAKA
Herwan, FR. 2005. Apresiasi dan kajian
puisi. Serang: Gerage Budaya.
Nurgiyantoro,
Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Ensen.”TeoriStruktural”.http://duniasastradanbahasaindonesia.blogspot.com/2014/04/teori-struktural.html
BalasHapusnonton online film online terpopuler
nonton online film online gratis stream
nonton online film online lucu asik horor
nonton online film online film real story
Daftar Agen Judi Poker, Adukiu, QQ, BandarQ Online Terpercaya Di Indonesia Sekarang Juga...
BalasHapusTingkat kemenangan 80% Ayo Buruan Tunggu Apa Lagi Daftarkan Diri anda sekarang juga...
CentralQQ
CentralQQ
CentralQQ
CentralQQ
CentralQQ
CentralQQ
keren
BalasHapusmaaf, kalau tidak salah teori struktural itu fokus terhadap unsur intrinsik dan mengesampingkan unsur ekstrinsik. nah dalam unsur intrinsik itu terdapat unsur fisik dan unsur batin. mohon diluruskan jika salah
BalasHapusSaya setuju dgn Ieduddien. Strukturalisme adalah salah satu teori sastra yg digunakan utk mengetahui suatu pola/sistem dengan berfokus hanya pada unsur intrinsik yg ada di dalam karya sastra tsb. Tema dan nada termasuk unsur intrinsik (bukan ekstrinsik). Contohnya, ketika menganalisis beberapa puisi karya Khairil Anwar di tahun 1940an di jaman pra-kemerdekaan Aku, Prajurit Jaga Malam, Kerawang-Bekasi, Maju, Diponegoro, Persetujuan dengan Bung Karno), dengan teori Strukturalisme kita bisa menemukan pola kesamaan tema dalam puisi-puisi beliau bahwa tema yg diangkat dalam puisi-puisi tsb adalah tentang perjuangan utk mencapai kemerdekaan.
BalasHapus